Pertama kali diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019, Society 5.0 mengacu pada konsep integrasi antara dunia virtual dan realitas. Society 5.0 merupakan konsep yang memungkinkan manusia menyelesaikan berbagai masalah sosial dengan dukungan teknologi. Konsep ini diharapkan dapat menyempurnakan konsep sosial sebelumnya yaitu Revolusi Industri 4.0. Masuknya internet ke dalam kehidupan manusia pada Revolusi Industri 4.0 menciptakan kesenjangan antar generasi, menyebabkan pemanfaatan teknologi menjadi sepihak pada satu generasi dan menciptakan kesenjangan generasi. Pengenalan Society 5.0 dimaksudkan untuk menutup celah itu dengan memungkinkan manusia memanfaatkan sepenuhnya teknologi untuk mendukung berbagai aktivitas, dan juga dikatakan sebagai era baru branding.
Lalu bagaimana Society 5.0 mempengaruhi era baru branding? Melalui CoLearn Online, webinar oleh CoHive berjudul “Bagaimana Branding Society 5.0 Dapat Menjadi Protagonis di Era New Normal?”, pertanyaan tersebut terjawab melalui diskusi yang mendalam dengan Christofel Angelo dan Johan Alvin, Creative Director, dan Branding Consultant di JCK Enterprise. Dialog ini dimoderatori oleh Luthfan Herdyanto, Regional Development Lead CoHive.
Tidak ada bisnis tanpa branding, yang merupakan proses untuk mengidentifikasi perusahaan atau produk. Di Society 5.0, proses branding berfokus pada kepercayaan antara konsumen dan penjual. Hal ini didasarkan pada tiga prinsip utama Society 5.0, yaitu keterbukaan, inklusivitas, dan kolaborasi. Ketiga prinsip tersebut kemudian digabungkan menjadi strategi branding oleh JCK Enterprise, yang disebut sebagai 'PAHLAWAN'. 'HEROES' sendiri merupakan singkatan dari enam strategi di dalamnya, yaitu:
Dengarkan dan dengarkan suara pelanggan. Strategi tersebut berarti bahwa sebuah merek tidak hanya memberikan inovasi kepada konsumen. Namun, mereka juga perlu mendengarkan kritik dan masukan dari konsumen.
Meningkatkan nilai produk dan layanan. Dalam strategi ini, merek perlu meningkatkan nilai merek mereka dengan memberikan kepribadian pada produk mereka. Hal ini dapat membuat produk memiliki nilai emosional bagi konsumen.
Baca kebutuhan masa depan . Strategi ini bertujuan agar para pelaku usaha terus berinovasi dalam produk dan layanannya. Mengikuti tren dan menerapkannya pada apa yang ditawarkan perusahaan dapat membuat konsumen tetap tertarik pada perusahaan dan produknya.
Buka komunikasi timbal balik . Untuk strategi ini, pemilik bisnis didorong untuk melakukan komunikasi terbuka dalam mempromosikan merek mereka. Di era sekarang ini, promosi tidak boleh dilakukan sendiri, tetapi melalui kolaborasi, karena menarik lebih banyak pelanggan.
Pastikan momen kebenaran . Strategi ini memastikan layanan yang diberikan oleh merek kepada konsumennya. Lebih jauh lagi, sebuah brand dapat memiliki citra yang baik di dunia maya, namun hal itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi dengan pelayanan yang baik.
Sosialisasikan dan nyatakan kepada orang-orang . Strategi ini menjelaskan pentingnya interaksi antara merek dan konsumen. Kemudian, setelah strategi terpenuhi, konsumen akan merasa terlibat dan menumbuhkan kepercayaan dengan merek tersebut.
Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan akan semakin berkembang dan dengan konsep Society 5.0, semua aktivitas manusia dapat didukung oleh bantuan teknologi. Angelo menambahkan, saat ini Society 5.0 terbukti sebagai era yang dibutuhkan masyarakat karena berhasil meregenerasi umat manusia dengan bantuan teknologi. Sebelumnya teknologi sering dianggap bumerang karena menghilangkan rasa kemanusiaan. Kini, teknologi justru digunakan untuk meningkatkan rasa kepedulian dan kepercayaan, baik antar manusia, perusahaan, dan juga konsumen.
Strategi 'HEROES' oleh JCK Enterprise, menjawab peran Society 5.0 sebagai protagonis di era branding, yaitu sebagai konsep peradaban masa depan yang mengintegrasikan ruang virtual dan fisik. Dengan konsep Society 5.0, era baru bisnis dan branding lahir.