Manajemen Modern

Idris Sardi
0
Hingga saat ini manajemen terus berkembang menjadi berbagai bentuk dan konsep. Dalam perkembangaanynya, ilmu manajemen modern memiliki dua perspektif yaitu:

1. Perspektif Sistem dalam Manajemen

Sistem  merupakan kesatuan berbagai elemen yang memiliki fungsi masing-masing dalam organisasi yang terintergrasi dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem  dalam manajemen bertujuan untuk mewujudkan tujuan perusahaan yaitu mentransformasi input menjadi output yang memiliki nilai bagi penggunanya.

Elemen dalam sistem meliputi manusia, bahan baku, informasi, uang, administrasi, operasi, teknologi, pengendalian, perilaku, pekerja, dan input lainnya. Perspektif sistem memiliki berbagai konsep yang meliputi:
  • Sistem terbuka (open system) yaitu konsep sistem yang memungkinkan adanya interaksi dengan lingkungan.
  • Elemen sistem (subsistem) yaitu dimana elemen-elemen yang satu sama lain sesungguhnya adalah saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Misalnya, ketidakpuasan karyawan dalam bekerja akan menyebabkan kualitas produksi menurun.
  • Sinergi (synergi). Konsep ini menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan bersama-sama akan lebih baik ketimbang dikerjakan seorang diri, karena dalam bekerja secara tim, akan saling mengkoreksi dan memperbaiki kesalahan pekerjaan satu sama lain, sehingga pengendalian akan lebih baik. Selain itu, proses operasi pun akan lebih cepat sehingga berpengaruh positif pada tingkat efisiensi perusahaan.
  • Entropi (entropy). Entropy adalah kondisi dimana perusahaan mengalami penurunan produktivitas karena tidak mampu beradaptasi dan membaca situasi lingkungan. Biasanya terjadi perubahan yang diakibatkan kebiasaan, suhu/cuaca, budaya maupun aturan yang baru di wilayah baru perusahaan, dan menyebabkan perubahan situasi pada lingkungan kerja namun terlambat diantisipasi oleh perusahaan sehingga menyebabkan penolakan dari karyawan.
 

2. Perspektif Kontingensi dalam Manajemen 

Kontingensi dalam manajemen memandang pendekatan  manajemen disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Artinya, Akan ada perlakuan yang berbeda dari manajer sesuai dengan kondisi yang dialami perusahaan. Kontingensi tidak berperspektif universal seperti pendekatan sebelumnya "one best and general way", terdapat berbagai pendekatan untuk menyelasikan masalah. Misalnya, manajer yang birokratif dalam membuat sebuah keputusan, berubah menjadi manajer otoriter untuk keputusan mendesak yang tidak dapat ditunda penyelesaiannya. Misalnya, manajer yang menghormati prosedur untuk membuat keputusan, akan berinisiatif membuat keputusan tanpa menunggu keputusan dari atasannya saat terjadi kecelakaan dalam proses kerja  divisinya, dengan alasan mencegah penyebaran kerusakan atau kehancuran pabrik. Dalam perspektif manajemen modern, hal ini dapat dimaklumi, mengingat manajer harus melakukan inisiatif dan tindakan preventif untuk risiko perusahaan.

Manajer yang handal, akan bersikap terbuka terhadap berbagai pandangan dari para tokoh manajemen di masa lalu. Sebab, pandangan manajemen yang ditemukan merupakan hasil dari pengalaman dan penelitian selama bertahun-tahun. Sebenarnya, temuan tersebut menguntungkan bagi manajer di era modern, mereka tidak perlu mengalami kesalahan yang dialami para toko di masa lalu, manajer  modern hanya perlu memperhatikan perilaku dari para karyawan (behavior study) untuk menilai seberapa besar motivasi mereka dalam bekerja, dan bila tidak, apa yang dapat memicu motivasi bekerja mereka, apakah sistem inisiatif, seperti yang ditemukan oleh Taylor, atau apakah memerlukan pendekatan behavioral seperti yang dikatakan Follet, bahwa manajer juga perlu menjadi seniman dalam memperlakukan karyawan.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)