Manajemen Konflik: Perspektif dan Sasaran yang Perlu Diketahui

Idris Sardi
0

Pada pebahasaan sebelumnya kita sudah membahas manajemen konflik itu sendiri dan klasifikasi dan penyebab konflik. Terdapat lima perspektif dan sasaran yang harus dipelajari dengan baik agar penataan konflik menjadi lebih efektif, yaitu:

1. Perspektif Hubungan Masyarakat
Mangasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh adanya perbedaan antar individu atau kelompok yang terus terjadi, sehingga memunculkan ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat, dan selanjutnya terbentuk kubu-kubu yang saling bertolak belakang. Sasaran penataan konflik dari perspektif ini adalah adanya peningkatan komunikasi dan saling pengertian antar kelompok yang mengalami konflik, upaya untuk terciptanya toleransi dan saling menerima keberagaman yang ada di dalam masyarakat.

2. Perspektif Kebutuhan Manusia
Perspektif ini mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh adanya berbagai kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi berkaitan dengan kebutuhan fisik, mental, dan sosial yang terkadang terhalangi atau bahkan tidak dapat terpenuhi. Perspektif ini juga berkenaan dengan rasa aman, pengakuan identitas, kebutuhan untuk berpartisipasi, dan kebutuhan untuk hidup dan mengatur diri sendiri (otonomi). Sasaran penataan konflik dari perspektif ini adalah mengidentifikasi dan mengupayakan pemenuhan berbagai kebutuhan, dan menghasilkan berbagai alternatif pilihan guna pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut.

3. Perspektif Prinsip Negosiasi
Perspektif ini mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh adanya kedudukan yang tidak seimbang atau posisi yang tidak selaras atau perbedaan pandangan tentang suatu hal dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Sasaran penataan konflik dari perspektif ini adalah membantu pihak-pihak yang terlibat dalam berkonflik dengan memisahkan perasaan dan isu pribadi dengan isu kelompok, dengan cara menjadikan setiap pihak memiliki kemampuan bernegosiasi berdasarkan kepentingan semua pihak bukan kepentingan bukan kepentingan individu dan melancarkan proses terjadinya kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.

Kemampuan bernegosiasi penting untuk melancarkan proses terjadinya kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.

4. Perspektif Identitas
Perspektif ini mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh terancamnya identitas individu atau kelompok akibat adanya gangguan atau ancaman dari pihak lainnya. Sasaran penataan konflik dari perspektif ini adalah melakukan dialog yang intens dan terus menerus antara pihak-pihak yang mengalami konflik, dengan mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut, serta selanjutnya membangun empati dan rekonsilasi di antar mereka.

5. Perspektif Perbedaan antar-budaya
Perspektif ini mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh ketidaksesuaian dalam cara berkomunikasi antar berbagai budaya yang berbeda. Sasaran penataan konflik dari perspektif ini adalah peningkatan pengetahuan dan wawasan kepada setiap pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, pengurangan persepsi negatif tentang pihak lain, dan peningkatan efektivitas komunikasi antar-budaya.

Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan suatu proses yang mengarahkan sikap, tingkah laku, dam komunikasi dari para pihak yang terlibat sehingga menghasilkan kesamaan sudut pandang (perception) dam kepentingan (interest).

Manajemen konflik adalah serangkaian aksi dan reaksi antar pihak, baik individu maupun kelompok dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu perselisihan atau ketidaksetujuan. Konflik juga terkadang melibatkan pihak ketiga atau pihak di luar pelaku yang terlibat, sehingga terkadang mengharuskan keuda belah pihak melakukan komunikasi dengan menggunakan pihak lain yang dipercaya untuk menyelesaikannya, melalui kesamaan pendapat, ketenangan, kepercayaan, mufakat, atau hal-hal positif lainnya yang menunjang pencapaian tujuan kedua belah pihak.

Secara umum manajemen konflik terbagi dalam lima tahapan penataan, yaitu:

  • Pencegahan konflik: tahapan ini yang dilakukan dalam menata konflik sebelum terjadinya perselisihan atau ketidaksetujuan suatu pihak lainnya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mencegah munculnya konflik yang keras antara satu pihak dengan pihak lainnya.
  • Penyelesain konflik: tahapan yang dilakukan dalam menata konflik ketika perselisihan atau pertentangan telah terjadi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengakhiri perselisihan, ketidaksetujuan, atau perilaku kekerasan melalui suatu persetujuan persemaan pendapat atau persetujuan untuk mengakhiri suatu kekerasaan atau upaya untuk menciptakan perdamaian.
  • Pengelolaan konflik: tahapan yang dilakukan dalam menata konflik pada saat perselisihan atau pertentangan sangat sulit untuk dicari jalan keluarnya atau para pihak yang sedang berkonflik sangat sulit untuk didamaikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membatasi meluasnya pertentangan, serta menghindari penggunaan kekerasaan dengan mendorong para pihak untuk perilaku positif terhadap pihak lainnya.
  • Resolusi konflik: tahapan yang dilakukan dalam menata konflik melalui upaya pencarian dan penanganan penyebab utama dari konflik yang terjadi. Tujuan dari tahap ini adalah guna membangun hubungan baru antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang bertentangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan berkelanjutan antar pihak yang awalnya berseberangan.
  • Transformasi konflik: tahapan yang dilakukan dalam menata konflik melalui perubahan-perubahan atas kekuatan-kekuatan yang ada di tiap-tiap konflik kelompok. Tujuan dari tahap ini adalah mengatasi sumber-sumber konflik, baik sosial maupun politik, yang lebih luas dengan mengubah kekuatan negatif menjadi kekuatan positif.
Tags:

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)